Selasa, Januari 25

Hikmah Ibnu Athaillah

لَماَّ عَلِمَ الْحَقُّ مِنْكَ وُجُوْدَ الْمَلَلِ لَوَّنَ لَكَ الطاَّعاَتِ ، وَعَلِمَ ماَ فِيْكَ مِنْ وُجُوْدِ الشَّرَهِ فَحَجَرَهاَ عَلَيْكَ فِي بَعْضِ اْلأَوْقاَتِ ، لِيَكُوْنَ هَمُّكَ إِقاَمَةَ الصَّلاَةِ لاَ وُجُوْدَ الصَّلاَةِ ، فَماَ كُلُّ مُصَلٍّ مُقِيْمٌ
“Karena Allah mengetahui bahwa engkau mudah jemu, maka Dia membuat bermacam-macam cara taat untukmu. Dan karena Allah mengetahui bahwa engkau pun rakus, maka Dia membatasinya pada waktu-waktu tertentu, agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalat, bukan pada adanya shalat, karena tidak semua orang yang shalat dapat menyempurnakannya.”
Allah kenal betul dengan makhluk yang Dia ciptakan. Dia sangat mengetahui bahwa manusia biasanya mudah rasai kebosanan. Emosinya kadangkala naik dan turun dengan tiba2, Contohnya, orang Arab. Mereka boleh menumpahkan darah hanya karena perkara yang remeh, seperti dalam kisah perang Basyusy yang terkenal. Begitulah watak orang Arab kalau tidak dikekang dengan tali agama. Umar bin Khattab ra. berkata, “Aku dulu adalah orang yang kasar dan berhati keras. Kalau tidak ada Islam, tidak ada Umar.” Bangsa Arab 15 abad yang lalu kalau boleh dihitung ada beberapa peringkat. Beberapa tahun kemudian setelah Nabi Saw. diutus bangsa Arab menjadi nombor satu. Karena Allah memuliakannya dengan Islam.
Allah Azza wa Jalla mengetahui adanya sifat malas pada diri hamba. Karena itu Dia memberikan aneka warna ketaatan; ada shalat, ada zakat, ada haji, ada puasa, ada shalat malam, ada menjenguk orang sakit, ada mengiringi janazah, ada membahagiakan orang Muslim, ada menghadiri walimah, ada aqiqah, dan lain sebagainya. Andaikata ketaatan hanya berwujud shalat, manusia pasti bosan melaksanakan shalat. Andai semuanya adalah zakat, manusia juga pasti akan bosan. Jikalau dalam satu tahun hanya puasa, manusia pasti bosan juga. Akan tetapi Allah menjadikan puasa hanya satu bulan hingga orang-orang bisa bersiap-siap sebelumnya dan setelahnya orang-orang dapat memetik buahnya. Matahari sendiri terbenam saat Maghrib, dan pada keesokan harinya terbit kembali. Andaikata ia terus bersinar terang di langit selama 24 jam, manusia pasti akan sengsara. Air apabila diam di satu tempat dan tidak mengalir lama kelamaan pasti bau dan tidak berguna. Gerakan kehidupan merupakan anugerah Tuhan untuk kita, juga aneka ragam ketaatan. Untuk apa? Allah memberikan kita aneka warna ketaatan agar kita tidak bosan dan bisa berpikir.
“Dan karena Allah mengetahui bahwa engkau pun rakus, maka Dia membatasinya pada waktu-waktu tertentu.” Allah Swt. melarang kita melakukan shalat setelah Subuh hingga matahari meninggi sekitar 2 tombak. Ini adalah waktu di mana para penyembah matahari melakukan ritual. Allah mencegah kita melakukan shalat dari setelah Ashar hingga tiba waktu Maghrib. Ini juga termasuk kepemurahan Allah terhadap kita. Allah Swt. juga melarang kita berpuasa pada Hari Raya. Karena Dia mengetahui kerakusan kita, Dia melarang kita melakukan ibadah pada waktu-waktu tertentu, supaya kita boleh memperbaharui semangat dan niat kita. Tujuannya adalah supaya ada kesempurnaan shalat, bukan hanya sekedar adanya shalat. Pokoknya terdapat pada intisari ibadah, pada rahsia ibadah, pada hasil ibadah, atau pada apa yang diperoleh dari ibadah tersebut.
Tujuan shalat adalah untuk mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Orang yang shalatnya mampu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar, shalatnya tidak mengandung kebaikan. Jadi, tidak setiap orang yang mengerjakan shalat itu menunaikan shalat dengan benar. Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Aku menerima shalat orang yang tunduk pada keagungan-Ku, tidak mencemarkan kehormatan makhluk-Ku, tidak terus menerus bermaksiat kepada-Ku, mengasihi janda, orang miskin, dan anak yatim. Orang ini akan Aku lindungi dengan pertolongan-Ku, dan Aku akan menyuruh malaikat-Ku untuk menjaganya. Dia di antara para hamba-Ku bagaikan Firdaus di surga.” Jadi, tidak semua orang yang mengerjakan shalat itu shalatnya berfaedah. Orang yang tidak tunduk dan takabur shalatnya tidak diterima. Orang yang bersengketa dengan saudaranya shalatnya tidak diterima. Orang yang mempersulit kaum muslimin shalatnya tidak diterima. Orang yang tidak mengasihi janda, orang miskin, dan anak yatim shalatnya tidak diterima. Bagaimana shalatnya boleh diterima sedangkan dia menyakiti hamba Allah dan melampaui batas ketentuan Allah? Allah membuat beraneka ragam ibadah ini karena belas kasih-Nya terhadap orang mukmin. Sebab yang dituju adalah kesempurnaan shalat, bukan adanya shalat. Tidak semua orang yang mengerjakan shalat itu dapat menyempurnakannya. Apabila Allah menginginkan kebaikan seorang hamba, setelah Dia membuat aneka ragam ibadah, Dia memasukkan rasa cinta terhadap ibadah ini pada hati hamba. Hingga Rasulullah Saw. bersabda, “Arihna biha, ya Bilal. (Gembirakanlah kami dengan shalat, wahai Bilal.”, bukan, “Arihna minha (Jauhkanlah kami darinya).” Kenapa? Karena beliau bersabda, “Dijadikan penyejuk hatiku ada dalam shalat. Namun aku mendengar tangisan bayi, hingga aku khawatir ibunya akan tergoda dalam shalat. Aku pun meringankan shalatku padahal penyejuk hatiku ada dalam shalat.” Manusia agung ini mengerjakan shalat hingga kakinya bengkak, hingga kaki beliau saling bertumpu satu sama lain karena lelah. Bahkan Allah Swt. berfirman, “Thaha. Kami tidak menurunkan al-Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah. Tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” )QS 20:1-3). Itu karena beliau mendapati kesenangannya ada dalam shalat. Beliau mendapati dirinya dalam kebersamaan dengan Allah.
Ibnu Atha’ berkata, “Karena Allah mengetahui bahwa engkau mudah jemu, maka Dia membuat bermacam-macam cara taat untukmu. Dan karena Allah mengetahui bahwa engkau pun rakus, maka Dia membatasinya pada waktu-waktu tertentu, agar perhatianmu tertuju pada kesempurnaan shalat, bukan pada adanya shalat, karena tidak semua orang yang shalat dapat menyempurnakannya.” Tidak semua orang yang mengerjakan shalat boleh dikatakan mendirikan shalat, atau mengerjakan shalat dengan sempurna. Mungkin ia hanya menggugurkan kewajiban. Sedangkan pahala shalat, kandungan shalat, buah shalat, faedah shalat yang dia rasakan, fenomena-fenomena ibadah inilah yang harus direnungkan oleh orang-orang yang memiliki nurani. Ya Allah, jadikanlah kami termasuk dari golongan mereka. Mudahkanlah bagi kami dan kaum muslimin menjalani ketaatan. Jadikanlah al-Quran sebagai penyejuk hati kami dan penghilang kesedihan kami. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.
"DIRIKANLAH SOLAT, SEBELUM DIRI SENDIRI DI SOLATKAN"




cleopatraStratanZunea

Pelihara maruah diri

MARUAH dan harga diri mesti dijaga dalam kehidupan setiap Muslim. Tanpa maruah dan harga diri, seseorang itu akan mudah terjebak ke kancah maksiat atau terjerumus ke lembah kehinaan

Justeru, dalam kehidupan orang Melayu akhlaknya berteraskan kepada ajaran Islam. Melalui didikan akhlak seseorang itu akan dapat menjaga maruah dan harga dirinya. Selain itu, sifat malu menjadi separuh daripada iman yang membentengi akhlak dan maruah dirinya.

Dalam Islam maruah lebih menjurus kepada keimanan. Orang yang beriman akan sentiasa menjaga maruah dan harga dirinya. Oleh itu, elakkan daripada perbuatan tingkah laku yang rendah dan akhlak tercela. Setiap Muslim diingatkan supaya menghindari melakukan perbuatan dosa dan tingkah laku yang memalukan.

Allah berfirman yang bermaksud: “Iaitu, mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji, kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh Tuhanmu Maha luas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu daripada tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (Surah An-Nam: 32) Sebagai umat Islam yang berakhlak mereka akan sentiasa menjaga maruah dan harga diri dengan menghindari perbuatan yang boleh merosakkan akhlaknya. Allah memberi peringatan yang jelas melalui firman-Nya yang bermaksud: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Kerana pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta dipertanggungjawabkan.” (Surah Al’Isra’: 36) Peringatan dan ingatan ini hendaklah dijadikan panduan dalam kehidupan yang penuh cabaran ini. Kehidupan pada akhir zaman memang banyak dugaan kepada setiap orang. Hanya keimanan dan akhlak yang baik akan menjaga hati dan dirinya tidak terjebak kepada perbuatan yang boleh menjatuhkan maruah dan harga diri.

Dalam menjaga maruah diri, jangan letak diri kita di tempat yang bukan tempatnya. Hindari daripada bercampur-gaul dengan orang yang berakhlak buruk dan orang yang tidak pernah bosan mencaci, memfitnah dan mengumpat orang lain.

Jadilah Muslim yang mempunyai akhlak tinggi dan terpuji, jangan menjadi hamba kepada perut dan hamba kepada nafsu sendiri. Miskin harta bukanlah suatu kecacatan atau kelemahan. Tetapi kecacatan dan kelemahan yang sebenarnya adalah kerana ketiadaan maruah diri. Seseorang itu akan dipuji kerana keelokan perangainya bukan kerana kecantikan dan kekayaannya.

Jagalah maruah dan harga diri daripada menjadi orang yang meminta-minta tanpa berusaha terlebih dulu. Seseorang yang sihat, mampu dan bertanggungjawab mencari rezeki untuk diri dan keluarganya. Jika membantu orang lain yang dalam kesusahan, jangan jadikan bantuan itu jalan untuk menghina serta merendahkan dirinya.

Orang yang beriman juga memiliki sifat terpuji memaafkan orang yang pernah menganiayai dirinya pada ketika dia dapat membalasnya. Amat terpuji orang yang berbuat baik kepada orang yang pernah berbuat jahat kepada anda walaupun anda lebih kuat daripadanya untuk membalas kejahatannya.

Sentiasa berkata benar dan tegas sebagai tanda sifat terpuji walaupun dalam keadaan miskin dan papa. Mendidik diri dengan sifat mulia mestilah dimulai dalam diri sendiri. Seseorang yang mempunyai maruah dan harga diri akan sentiasa berpegang kepada kebenaran dalam hidupnya.
Sebahagian daripada kemuliaan diri, selalulah bermuka manis, bersopan santun dan berpakaian kemas dalam pergaulan. Sifat-sifat ini juga sebagai petanda orang yang bermaruah dan mempunyai harga diri. Elakkan daripada mengeluarkan perkataan kotor serta memfitnah orang lain.

Ingatlah Rasulullah s.a.w. pernah bersabda yang bermaksud: “Orang beriman dengan orang beriman yang lain adalah seperti satu bangunan, antara satu sama lain saling menguatkan.” (Riwayat Bukhari dan Muslim) Seseorang yang beriman sentiasa menjaga maruah dan harga dirinya. Selain itu, sentiasa menjaga keluarga, agama, bangsa dan tanah airnya daripada dihina dan dijajah. Bimbingan dan didikan akidah, ibadah dan akhlak mestilah dilakukan sejak seseorang itu masih kecil dan berterusan hingga dewasa.

Keimanan dan akhlak mendapat kedudukan yang tinggi dalam Islam. Nabi Muhammad s.a.w. diutuskan untuk menyempurnakan akhlak. Ini jelas daripada sabda Nabi yang bermaksud: “Sesungguhnya aku diutuskan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (Riwayat Ahmad) Menurut Imam al-Ghazali, manusia itu ibarat sebatang pokok dengan akarnya ialah akidah, batangnya (kefarduan), daun-daunnya (amalan sunat), maka buah atau batangnya itulah yang dikatakan akhlak.

Sebab itulah manusia yang berakhlak dalam Islam dianggap orang yang menyempurnakan agama kerana akhlak melambangkan keindahan Islam. Daripada Abdullah ibn Umar r.a, katanya, Nabi bersabda yang bermaksud: “Sesungguhnya orang yang paling baik di kalangan kamu ialah orang yang paling baik akhlaknya.

Tumpuan, pengajaran dan pembelajaran di sekolah juga memfokuskan kepada akhlak yang baik dan sempurna dapat ditanamkan dalam pemikiran, hati dan diri pelajar seterusnya menjauhkan mereka daripada akhlak keji yang menjatuhkan maruah dan harga diri.




Azab Illahi

Bersihkan hati


Maryam, guru kelas Tadika menganjurkan satu permainan yang sungguh menarik untuk murid-muridnya.Setiap murid diminta membawa beg plastik yang berisi pisang yang tertulis nama orang yang paling mereka benci ke kelas pada esok hari. Jadi, jumlah pisang yang perlu dibawa bergantung kepada jumlah orang yang dibenci. Keesokan harinya, setiap murid membawa beg plastik berisi pisang masing-masing.

Ada yang membawa tiga biji, ada juga lima biji dan paling banyak lapan biji. Semuanya sudah ditulis nama orang yang paling mereka benci. "Sekarang simpan pisang tu. Jangan lupa bawa ke mana sahaja kamu pergi selama seminggu. Inilah permainannya. Selepas seminggu, kita akan tahu keputusannya" beritahu Cikgu Maryam.Kanak-kanak tersebut menyimpan pisang masing-masing di dalam beg.

Hari demi hari berlalu, pisang tersebut mula berbintik-bintik dan akhirnya menjadi busuk. Kanak-kanak itu mula merungutdan marah. Mereka tidak menyukai permainan itu lagi kerana selain beg berat, badan berbau busuk. Ada yang menangis, enggan meneruskan permainan.Seminggu berlalu, pagi-pagi lagi murid-murid Maryam sudah bersorak. Permainan sudah tamat. Tidak ada lagi beban dan bau busuk yang perlu dibawa."Okey semua, apa rasanya bawa pisang dalam beg ke sana ke mari selama seminggu?" tanya Cikgu Mayam.

Semuanya serentak mengatakan mereka benci permainan itu. Mereka hilang kawan, sering diejek dan terpinggir. Lebih teruk lagi, terpaksa tidur, makan, mandi, bermain dan menonton TV dengan bau busuk."Itulah sebenarnya yang berlaku kalau kita simpan perasaan benci pada orang lain dalam hati. Bau busuk kebencian itu akan mencemari hati dan kita akan membawanya ke mana saja kita pergi. Jika kamu sendiri tidak boleh tahan dengan bau pisang busuk hanya untuk seminggu, cuba bayangkan apa akan jadi kalau kamu simpan kebencian sepanjang hidup kamu" beritahu Cikgu Maryam.

Maryam mengingatkan anak muridnya supaya membuang jauh-jauh perasaan benci daripada membebani hidup. Kemaafan adalah yang terbaik. Menyayangi lebih baik darpada membenci..!!




Sifat Mahmudah